KEGAMANGAN DUNIA DALAM MENYAMBUT THE NEW NORMALY


Setiap revolusi Industri adalah sebuah perpindahan, hijrah dari sebuah the old establishment kepada the New normaly, kepada suatu kenormalan baru, dan cara cara lama dianggap usang dan tidak kompatibel dengan kondisi zaman. Teknologi, suka atau tidak suka akan menggiring (bahkan memaksa) manusia menuju kebiasaan yang asing, yang merubah budaya bahkan peradaban. Sakitnya lagi, kondisi perubahan itu tiba pada saat dimana dunia mengalami pergeseran peradaban akibat tumbuh nya ekonomi Asia tengah yang berkembang secara cepat, menyapu negara-negara besar lainnya yang pasti tidak suka dan akan mempertahankan kemapanan nya, maka lahirlah pandemik. Ditengah pergolakan itu sebagian dari kita justru mengambil sikap ambivalen dan oportunistik, mengabaikan kepentingan bangsa secara general. Termasuk juga agenda agenda terselubung antar kelompok. Akibatnya, rakyat yang menunggu kebijaksanaan para elite justru disuguhkan pertunjukan ketidakadilan yang menyengat, yang memalukan sekaligus menjijikkan. Kaum oligarki yang menyadari kondisi ini mengambil sikap “mendahului” Dengan mengumpulkan pundi pundi nya untuk menghadapi tsunami yang diyakini akan menyapu kaum middle.

Bagaimanakah akhir drama ini? Berapa lama lagi kah prosesnya? Apakah negara negara mapan tersebut mampu bertahan ditengah gelombang? Yang pasti sekarang ini rakyat kecil tak mampu lagi menunggu, mereka semakin terjepit, tak bisa bangkit, dan bahkan diharamkan hanya untuk sekedar bermimpi.

weleh weleh zaman baru


kata wak haegel dgn teori dialektikanya bahwa pada akhirnya peradaban manusia akan sampai pada masa ABSOLUT IDEA, yang mana seluruh dunia akan menemukan cara hidup yang paling ideal yaitu sosialisme.

Pada awal tahun 2000an aku bertemu seorang praktisi pendidikan yang berpendapat bahwa untuk mempercepat proses itu adalah dengan mendorong kapitalis menjadi matang. Sebelumnya memang banyak yang berpendapat bahwa sosialisme bisa tercapai setelah manusia menemukan kesejahteraan. Tapi masih banyak yang tak yakin termasuk saya kalau manusia bisa sejahtera secara adil tanpa sosialisme.

Baca lebih lanjut

Jean Paul Sartre [BICARA CINTA]


Sartre (sumber: Google)
1. Riwayat Hidup Jean Paul Sartre
Jean Paul Sartre lahir di Paris pada tanggal 21 Juni tahun 1905. ayahnya adalah seorang perwira angkatan laut Perancis dan ibunya Anne-Marie Schweitzer, anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan dari Charles Schweitzer, seorang guru bahasa dan sadtra Jerman di daerah Alsace. Ia kehilangan ayahnya ketika berumur dua tahun. Karena meninggalnya ayahnya ini maka ibunya ibunya bersama dengan saudara-saudara Sartre pulang ke rumah orangtuanya, Charles Schweitzer di Meudon. Sesudah empat tahun mereka pindah ke Paris.
Sartre dibesarkan oleh kakeknya Charles Schweiter, yang berpengaruh bagi perkembangan bakat mengarangnya. Kakeknya ini adalah seorang yang beragama Kristen Protestan. Akan tetapi ia menyetujui anak –anaknya dibesarkan oleh istrinya yang beragama Kristen Katolik. Sartre sebagaimana kakeknya, menertawakan segala sesuatu yang bersifat religius. Ia sendiri tidak mengakui adanya Allah sejak berumur dua belas tahun. Dunianya adalah perpustakaan kakeknya. Ia kemudian diterima di sekolah Lycee Louisle-Grand setelah ibunya menikah lagi dan pindah ke La Rochelle.
Pada tahun 1924 ia sempat diterima di Ecole normale superieure yang dikemal sebagai salah satu perguruan tinggi yang paling terkenal dan paling selektif di Perancis. Tahun 1929 ia meraih Agregation de philosophie sebagai nomor satu. Sekitar tahun yang sama ia berkenalan dengan Simone de Beauvoir yang pada waktu itu menjadi mahasiswi filsafat di Universitas Sorbonne. Pertemuan itu menjadi ctitik tolak persahabatan akrab sepanjang hidup mereka.
Sejak tahun 1931 Sartre mengajar sebagai guru filsafat di Le Havre, Loan dan Paris. Dalam periode yang sama, Sartre memulai karyanya sebagai sastrawan. Ia juga pernah menjalani wajib militer dari tahun 1929 – 1931.
Karya filsafatnya yang besar terbit pada waktu perang dunia kedua dengan judul L’etre et le neant. Pada tahun 1960 karya filosofis besarnya diterbitkan, dimasukan sebagai jilid pertama dari sebuah karya yang lebih luas. Tahun 1964 ia dipilih sebagai pemenang nobel kesusastraan. Ia meniggal pada usia lima puluh tahun tepatnya pada tanggal 15 April 1980.
Cinta merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Tanpa cinta hidup terasa kering dan hampa. Cinta melahirkan banyak kehidupan dan kreativitas. Tulisan singkat ini mau melihat bagaimana pandangan Jean Paul Sartre mengenai cinta. Jika dikatakan dalam bentuk pertanyaan maka pertanyaan yang muncul adalah apakah eksistensi cinta itu menurut Sartre?

Baca lebih lanjut

” RUSAKNYA RA’IYYAH (RAKYAT) DISEBABKAN RUSAKNYA UMARA (PEMERINTAH) RUSAKNYA PEMERINTAH DISEBABKAN RUSAKNYA ULAMA (ILMUWAN), DAN RUSAKNYA ULAMA DISEBABKAN KESENANGAN ULAMA ITU TERHADAP HARTA DAN KEDUDUKAN “.


ULAMA, ILMUWAN, dan KEADAAN NEGARA

ADALAH kebohongan atau ketidakbenaran kalau dikatakan bahwa reformasi yang kita lakukan tak menunjukkan kemajuan sama sekali. Dengan segala kekurangannya, makro ekonomi kita dinyatakan cukup berhasil oleh lembaga-lembaga internasional yang kredibel.

Pun kehidupan politik pada umumnya sudah lebih demokratis dalam arti tak ada lagi represi politik yang masif oleh rezim penguasa. Pemilihan umum sudah berjalan lebih demokratis dan fair serta perlindungan hak asasi manusia (HAM) sudah lebih baik. Pelanggaran HAM yang banyak terjadi sekarang lebih bersifat horizontal, bukan oleh negara terhadap rakyat secara terencana. Memang banyak kegaduhan politik, tetapi hal itu terjadi secara seimbang, bukan hegemoni dari yang berkuasa terhadap rival yang lemah atau dilemahkan.

Baca lebih lanjut

dari hatiku


” tanpa menulis kau tidak menyumbangkan apapun pada dunia ”
Ramadhan, 20, 1432H

” tak perlu saksi utk sebuah keikhlasan ”
Ramadhan, 26, 1432H

“keburukan dibalas kebaikan adalah ketololan, keburukan dibalas keburukan adalah keadilan, tapi kesabaran dan introspeksi diri mendatangkan kemuliaan”
Januari, 31, 2012